banner 720x90

Aliansi Wija To Luwu Gelar Aksi Demo: Soroti Isu Buruh dan Pendidikan di Luwu Raya

Luwurayapos.com, Makassar – Dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional (1 Mei) dan Hari Pendidikan Nasional (2 Mei), Aliansi Wija To Luwu menggelar aksi demonstrasi sebagai bentuk refleksi kritis terhadap kondisi buruh dan pendidikan di Luwu Raya.

Adnan Prawansyah, selaku Jenderal Lapangan aksi, menyatakan bahwa demonstrasi ini merupakan bentuk solidaritas mahasiswa asal Luwu terhadap dua sektor penting yang saat ini dinilai mengalami tekanan struktural, sektor tenaga kerja dan sistem pendidikan, jumat (02/05/2025).

Dalam orasinya, massa aksi menyoroti dampak industrialisasi pertambangan di Luwu Raya yang dinilai membawa berbagai persoalan. Meski menghadirkan geliat ekonomi, aktivitas tambang—baik emas, nikel, maupun mineral lainnya—telah menyebabkan kerusakan lingkungan seperti deforestasi, pencemaran air, dan sedimentasi sungai.

Aliansi juga mengkritisi dampak sosial yang ditimbulkan, seperti marjinalisasi masyarakat lokal, konflik agraria, serta ketimpangan sosial. Mereka menyebut, hak atas tanah adat dan lahan pertanian kerap terancam oleh ekspansi perusahaan, sementara suara masyarakat kerap diabaikan.

Salah satu sorotan utama aksi adalah meningkatnya kriminalisasi terhadap buruh yang bersuara. Dalam beberapa tahun terakhir, buruh di Luwu Raya yang memperjuangkan hak-haknya justru menghadapi intimidasi, pemanggilan oleh aparat, bahkan ancaman PHK. Hal ini dianggap sebagai bentuk represi terhadap perjuangan buruh.

  1. Penghentian segala bentuk intimidasi dan kriminalisasi terhadap buruh.
  2. Penghentian penyerobotan lahan dan perlindungan terhadap hutan adat.
  3. Peningkatan jaminan sosial, kesejahteraan, dan keadilan bagi buruh di Luwu Raya.

Memperingati Hari Pendidikan Nasional, aliansi juga menyoroti ketimpangan akses pendidikan di Luwu Raya. Mereka menuntut.

  1. Akses pendidikan berkualitas yang merata untuk seluruh anak di Luwu Raya.
  2. Peningkatan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan.
  3. Penolakan terhadap program makan siang gratis dan mendesak diwujudkannya pendidikan gratis hingga perguruan tinggi.

“Buruh dan pendidikan adalah dua pilar penting dalam membangun masyarakat yang adil dan sejahtera. Aksi ini bukan sekadar peringatan seremonial, tapi ajakan untuk terus menghidupkan kesadaran kolektif,” tegas Adnan Prawansyah di hadapan massa.

Hidup Mahasiswa! Hidup Buruh! Hidup Wija To Luwu!

Penulis: (adnan prawansyah/LRP)